Kisah Peter Casey Pejuang Jihad Amerika Serikat yang Ramah dan Lemah Lembut

Kisah Peter Casey Pejuang Jihad Amerika Serikat yang Ramah dan Lemah Lembut - Peter Casey, berlatar belakang Yahudi-Kristen. Namun pencarian spiritual pemuda berusia 23 tahun ini bermuara pada Islam. Pada usia 15 tahun, lulusan Queens College ini memutuskan bersyahadat.




Kini namanya dikenal secara luas baik di negerinya, Amerika Serikat, maupun dunia internasional setelah pengakuannya memilih Islam tersebar luas di jagat maya.

Peter Casey Pejuang Jihad Amerika Serikat

Jihad untuk mengibarkan ajaran Alloh memang banyak caranya. Kita berjihad tidak selalu berkelahi dan merusak. Karena kehidupan itu lusa dan cara yang damai adalah cara terbaik untuk membagikan rahmat Alloh kepada seluruh umat manusia. Yang kita sampaikan adalah rahmat Alloh melalui islam dan bukan organisasi agama.

Alih-alih takut akan keselamatan nyawanya mengingat fobia Islam kembali mengental di AS menjelang peringatan tragedi 11 September, ia malah rajin menunjukkan keyakinan barunya di depan publik.

  • Perjuangan Menunjukkan Keislaman di Amerika Serikat
Tentunya di Amerika Serikat tidak ada pamer ke keimanan seperti kita di Indonesia. Karene nyaris kita hidup dalam lingkungan non-muslim. Ia misalnya, selalu pergi ke masjid setiap hari dengan ‘menumpang’ skateboard-nya — gaya khas anak muda AS. Ia juga jarang berpikir dua kali untuk melakukan ibadah shalat di Starbuck, jika kebetulan ia tengah nongkrong di sana dan waktu shalat telah tiba.

Pria bermata biru ini mengaku pantang menyembunyikan identitas keislamannya. Sebaliknya, ia mengatakan ia berusaha untuk “menantang stereotip dan kesalahpahaman” orang lain di sekitarnya tentang Islam.

Sebagai seorang mualaf yang dibesarkan di pinggiran kota dengan latar belakang Yudeo-Kristen,  Casey berada dalam posisi yang sebetulnya ‘mustahil’ untuk melakukannya. Namun, itulah tekad Casey; membuat orang belajar menerima seorang Muslim apa adanya, mulai dari cara dia berpenampilan, berbicara, dan bertindak.

  • Pelajaran Paripurna dari Agama Katolik dan Yahudi
Casey dibesarkan di pinggiran Long Island oleh ibu yang beragama Yahudi dan ayah Katolik. Ia tumbuh dalam keluarga yang bertolak belakang dalam melihat Yesus. Di satu sisi, kekristenan berbicara tentang Yesus sebagai Allah Putra, Allah Bapa, dan roh Kudus. Di sisi lain, Yudaisme berbicara tentang Yesus sebagai seorang mesias palsu.

“Saya merasa ada dua hal ekstrem di sana, dan saya mempelajari keduanya,” kata  Casey.

Dan kemudian, pasca-serangan 11 September 2001, pemahaman mulai berubah. Dia baru berusia 13 tahun saat dua menara kembar WTC itu runtuh. Sejak itu, ia rajin berselancar di dunia maya mengorek isi ajaran Islam — yang pada awalnya dituduhkan berada di balik serangan itu. Ia menemukan doktrin yang lebih masuk akal tentang Yesus: dia seorang nabi, seorang pria yang menyampaikan firman Allah. Tidak lebih, tidak kurang.

“Ketika saya mulai belajar tentang Islam, saya seperti:” Ini dia. Ini adalah agama itu,” katanya.

Dua tahun kemudian, pada usia 15 tahun, ia masuk Islam. (Orang tuanya menolak memberikan komentar untuk cerita ini).

  • Meluruskan kecurigaan publik AS pada Islam
Seperti kisah Rasululloh dulu bahwa para kafir quraish berlaku buruk kepada beliau maka beliau mengerti bah hal ini karena mereka belum mengerti Islam. Demikian juga di Amerika Serikat saat ini. Mereka warga Amerika Serikat belum mengerti Islam. Semoga Alloh, SWT juga membagikan rahmat Ke-Islaman kepada mereka suatu saat nanti.

Sejak masuk Islam, pria yang baru-baru mulai mengajar sejarah di sebuah sekolah Islam di Brooklyn, telah berupaya untuk meluruskan kecurigaan publik AS pada Islam. Tak hanya melalui perbuatan — seperti bershalat di tempat umum dan ramah pada siapa saja — ia juga aktif berdakwah melalui blog-nya yang bertajuk ‘Dawah Addict’. Tema-tema seperti ‘Muhammad dalam Alkitab’ dan ‘Bagaimana Menjadi Seorang Muslim’ diulasnya tanpa canggung.

“Ketika saya pertama kali menjadi Muslim, dan masih terdengar hingga hari ini, orang-orang berkata,’Mengapa tidak ada lebih banyak Muslim yang mengatakan terorisme adalah buruk? Mengapa tidak ada Muslim di luar sana mengatakan tentang Islam yang sebenarnya?’,” kata Casey. “Dan saya pikir, yah, saya akan melakukannya jika tidak ada orang lain yang akan melakukannya.”

Saluran Casey di YouTube memiliki lebih dari 5.000 pelanggan dan hampir setengah juta pengunjung. Meskipun pendengarnya terus tumbuh, dia juga mengalami hambatan, antara lain berbagai bentuk komentar marah dan sanggahan.

Namun, dia tak surut ke belakang. Alasannya sederhana: “Saya merasa seperti saya memiliki tanggung jawab kepada orang-orang di Amerika,” katanya, “Karena ini adalah tempat saya tumbuh dan ini adalah rumah saya, dan saya ingin berbagi apa yang membuat saya sangat bahagia dan telah membawa saya kedamaian begitu banyak.”

Bagaimana dengan kita yang sudah muslim sejak kecil dan hidup dinegara yang memuliakan Islam. Jangan berpangku tangan karena itu menyia-nyiakan karuniah besar Alloh yang diberikan kepada kita yang berupa Islam yang telah kita peluk.

Mari kita selau berjihad di dalam hati untuk menjaga Ke-Islaman, Ke-Imanan, dan Ke-Taqwaan kita. kawanku para pemuda muslim Indonesia,.. Tegakkan Islam dalam hati kalian masing-masing. Lihatlah... Peter Casey saja berani meskipun dia sendirian berjuang di negara yang tidak mengenal Islam.

Related Posts:

0 Response to "Kisah Peter Casey Pejuang Jihad Amerika Serikat yang Ramah dan Lemah Lembut"

Posting Komentar